Mengenang Guru Olahraga

Sebuah kenangan hangat terukir dalam ingatan saya saat mengingat pelajaran olahraga di masa SMA. Bagi sebagian besar siswa, termasuk saya, pelajaran olahraga bukanlah favorit utama. Tidak begitu menguasai berbagai cabang olahraga seperti basket, voli, atau sepakbola membuat olahraga terasa seperti momok. Namun, di tengah-tengah kepenatan pelajaran lain, pelajaran olahraga menjadi momen healing, di mana saya bisa sedikit lebih rileks dari kepenatan sekolah.

Bermain tenis meja menjadi salah satu cara bagi saya untuk melepaskan stres sebagai siswa yang mungkin merasa tidak begitu bahagia saat itu. Meskipun nilai-nilai saya tidak pernah mencapai angka delapan atau sembilan, namun pelajaran olahraga selalu saya nantikan, karena di situlah saya bertemu dengan seorang guru yang luar biasa, yaitu Pak Eddyono.

Beliau, dengan umur yang panjang mencapai 84 tahun, dua kali lipat dari usia saya saat ini, menjadi sosok yang memperlihatkan betapa pentingnya olahraga dan senyuman dalam menjalani kehidupan. 

Saat ini, saya menyimpan cita-cita untuk menjadi seorang pengajar yang ramah seperti beliau. Barangkali di antara para siswa ada yang tengah mengalami masalah, dan saya berharap dapat menjadi sosok yang bisa memberikan dukungan dan keceriaan di kelas yang saya ampu. Dan saya akan menawarkan jalan untuk berolahraga.

Selamat jalan, Pak Eddyono. Terima kasih atas segala pelajaran, dukungan, dan senyum yang telah Bapak berikan kepada saya. Semoga semesta senantiasa memberikan yang terbaik untuk Bapak.

Sumber: Dari Grup WA Alumni

Depok, 25 Februari 2024

Salam hormat,

Helvry